Mimpi Buruk
Written by : Ruli Amirullah
Maya
terbangun dengan mendadak. Keringat membasahi kening walaupun kamarnya
sebenarnya berpendingin. Mimpi yang barusan ia alami benar-benar
membuat jantungnya berdebar. Mimpi yang sangat terasa nyata.
Tangannya
meraih ponsel yang tergeletak di samping tempat tidur. Menekan
tombolnya beberapa kali, setelah itu menanti jawaban dari Kevin.
Nada sambung
sudah terdengar 3 kali dan belum diangkat. Matanya melirik pada jam
dinding di atas TV. Pukul 23.15. Seharusnya Kevin, kekasihnya 5 bulan
belakangan ini, sudah pulang kantor, tadi Kevin memang memberi tahu
bahwa ia harus lembur dan baru akan pulang sekitar pukul 22.00 – 23.00.
Berarti seharusnya ia sudah sedang jalan pulang saat ini.
Sudah 6 kali nada sambung dan tetap tidak diangkat.
Apa ia sedang berada diatas motor?
Maya hampir saja menekan tombol merah di ponselnya ketika tiba-tiba terdengar suara Kevin.
“Halo sayang.. kok belum tidur?”
“Kamu dimana?”
“Neh lagi mau si merah, udah mau jalan pulang, kerjaannya ribet banget tadi… emang kenapa? Suara kamu kok aneh?”
“Aku barusan udah tidur, tapi trus mimpi. Mimpinya…”
“Ah, udahlah… kamu mah emang mimpi terus kan tiap tidur?”
“Tapi ini..”
“Udahlah
sayang, mimpi gak usah terlalu dipikirin. Dah mending kamu bobo lagi
aja. Ntar kalo gak bisa bobo, telpon aja aku.. okay?”
Mata terdiam, seperti biasa, Kevin tak terlalu senang mendengar ia bercerita tentang mimpi-mimpinya, “Ya udah, kamu ati-ati ya. Jangan ngebut”
“Iya,
aku janji gak ngebut. Aku udah diatas motor ya. Kamu mending bobo aja,
biar besok gak telat dateng ke rumah. Kan kamu udah janjian ama mamaku
untuk nemenin dia belanja…”
“Iya…”
“Met bobo ya sayang.. daaah..”
Telepon pun ditutup. Maya duduk terdiam. Seperti kata Kevin, ia memang
sering bermimpi. Begitu seringnya hingga ia bahkan kadang sadar bahwa
dirinya sedang mimpi. Ia senang dengan mimpi jenis ini, karena dengan
begitu ia bisa mengatur ‘jalan ceritanya’ mimpi tersebut. Atau,
sesialnya-sialnya jika susah mengaturnya, ia bisa memutuskan untuk
keluar dari mimpi dan terbangun. Caranya mudah, dimimpinya tersebut ia
akan berusaha menjatuhkan diri agar terbangun. Usahanya tersebut
seringnya sukses, dalam sekejap matanya akan terbuka dan tersadar.
Tapi pernah
juga bukannya terbangun, ia justru ‘bangun’ di mimpi yang lain lagi.
Menurut artikel yang pernah ia baca, itu tandanya ia mengalami mimpi
yang dalam. Mimpi didalam mimpi.
Walaupun
demikian tidak selamanya dimimpinya ia sadar bahwa ia sedang mengalami
mimpi. Jika ini yang terjadi, ia tak bisa berbuat apa-apa selain terus
berada di alam mimpi tersebut hingga terbangun. Seperti mimpinya yang
barusan terjadi. Ia mencoba mengingat kembali mimpinya. Ia melihat
Kevin tertabrak.
Tertabrak apa ya?
Maya kembali berpikir keras mengingat-ingat lagi.
Sesuatu yang besar berwarna oranye… busway? Sepertinya bukan busway atau metromini?
Maya
terpejam, kembali merekontruksi mimpinya. Saat ini ia hanya ingat tubuh
Kevin tersambar sesuatu. Jantungnya kembali berdebar. Sepuluh menit
berlalu. Biasanya butuh waktu 1 jam untuk Kevin sampai di rumahnya.
Tapi ia tak sabar menanti 50 menit lagi. Kembali ia menelon Kevin. Kali
ini tak diangkat hingga akhirnya nada sambungnya secara otomatis
terputus. Maya panik. Sekali lagi ia menelepon. Tetap tidak diangkat. Ketakutannya
semakin menjadi. Ia malah ingat detil mimpinya. Di mimpi, Kevin sedang
berdiri disamping motor sebelum sesuatu yang berwarna oranye itu
menghantam tubuhnya.
Kevin sedang berdiri disamping motor merahnya saat kecelakaan itu terjadi!
Tangannya gemetar memegang ponsel. Untuk ketiga kalinya ia menekan tombol dial.
1 kali nada sambung
2 kali nada sambung
3 kali nada sambung
“Halo sayang… kenapa? Aku lagi di motor neh…” jawab Kevin ditengah suara deru kendaraan disekitarnya.
“Kamu baek-baek aja? Kok tadi gak angkat teleponku?”
“Lha, kan lagi nyetir. Ini pas lagi lampu merah baru bisa aku angkat…”
“Aku baru inget, di mimpiku kamu ketabrak metromini!”
“Alaaaah, udahlah, itu cuma bunga tidur. Cuma bunganya udah busuk kayaknya, hahaha…”
“Aku gak bercanda!” bentak Maya, ia tak habis pikir Kevin bisa tertawa ditengah hatinya yang sedang begitu ketakutan.
“Maya sayang,
jangan terlalu mikirin mimpi. Lagian kamu tau kan, mimpi buruk
seharusnya tidak diceritakan ke orang lain. Gak baek tau. Lupakan aja
lah…”
“Iya tapi…”
“Udah lampu hijau nih, ya udah ya.. bobo sana ah. Jangan nelepon lagi, ntar aku kasih tau kalo aku udah sampai rumah”
Percakapan kembali terhenti.
Maya
merebahkan tubuhnya di kasur. Matanya terpejam, tapi pikirannya kembali
sibuk mengingat setiap detil mimpinya. Kevin berdiri disamping motor,
dan tak lama terjadilah peristiwa itu.
Sedang apa Kevin berdiri disamping motor?
Semakin ia
mencoba mengingat, semakin ia kembali hanyut dalam mimpi buruknya
sendiri. Di mimpi itu rasanya Kevin memberhentikan motornya disamping
sebuah halte dan warung.
Oh.. apakah Kevin hendak membeli sesuatu di warung tersebut?
Untuk kesekian kalinya ia kembali mengambil ponsel.
Tapi, nanti Kevin malah marah kalau ia terus-terusan menelepon.
Ah
tapi aku cuma mau memberi tahu dia agar jangan membeli apapun lagi. Aku
cuma ingin memberi tahu supaya ia langsung pulang ke rumah.
Maya menekan tombol hijau di ponselnya.
***
Kevin merasa getaran terus menerus di saku kemejanya. Tanda ada telepon
masuk. Tanpa perlu melihat layar ponsel, ia sudah menduga bahwa Maya
lah yang saat ini meneleponnya. Sudah dari tadi ia menenangkan Maya
agar tidak terlalu khawatir memikirkan mimpinya. Terakhir
pembicaraannya sekitar 10 menit yang lalu. Dengan sedikit kesal, Kevin
menghentikan motornya, membuka kancing jaketnya dan mengambil ponsel
yang ada disaku.
“Sayang… kenapa lagi sih? Kapan sampai dirumahnya kalau aku ditelepon terus?”
“Aku kepikiran terus..”
“Ya kamunya yang emang terus-terusan mikir. Jangan diikutin pikiran jelek…” kata Kevin memotong ucapan Maya. Ia sudah merasa terganggu dengan ketakutan Maya.
“Iya, aku Cuma mau ingetin, jangan mampir ke warung ya langsung pulang aja..”
“Lha… ngapain juga mampir warung? Dari tadi juga aku pengennya cepet sampe rumah. Capek banget…”
“Ya udah, janji ya jangan berhenti di warung”
“Selama
kamu gak nelepon, aku gak bakal berenti. Ini aja aku berhenti karena
mau angkat telepon kamu. Emang ada warung disini, tapi wong aku gak ada
yang harus dibeli…”
Maya terdiam. Tiba-tiba ketakutannya memuncak.
Saat Kevin
memberi tahu bahwa ia berhenti di warung, saat itu pula ia ingat detil
tambahan dari mimpinya.Di mimpinya, Kevin sedang berdiri di samping
motornya yang berhenti di depan sebuah warung rokok. Ia memang tidak
sedang membeli sesuatu, tapi ia sedang memegang dan berbicara melalui
ponsel!
Ternyata saat ditabrak Kevin sedang menjawab telepon dari dirinya yang justru sedang mengingatkan Kevin….
Maya hendak mengucapkan peringatan ketika tiba-tiba saja dari ponselnya, Maya kemudian bisa mendengar segalanya terjadi.
Suara teriakan, deru raungan metromini, suara benda tertabrak, teriakan yang semakin banyak, dan suara hempasan.
Dengan
mimpinya barusan, cukup dengan memejamkan mata membuat Maya seolah ada
di tempat kejadian. Bayangan dan suara terpadu menjadi begitu jelas.
Ternyata Maya justru menjadi mimpi buruk bagi Kevin.
Andai ia tidak menelepon, mungkin justru Kevin akan selamat.
Maya
terguncang menyadari semuanya. Andai ia tidak menelepon Kevin, mungkin
Kevin malah akan selamat sampai dirumah. Andai ia tidak menceritakan
mimpi buruknya, mungkin semuanya tidak akan pernah terjadi. Andai ia
memutuskan untuk berdoa saat terbangun dari mimpi buruknya, mungkin
besok ia akan tetap bisa melihat Kevin. Andai…
***
Maya berteriak keras….
Tiba-tiba saja Maya terbangun dengan setengah terloncat. Keringat membasahi keningnya.
Ia melihat sekeliling. Jam dinding menunjukkan pukul 22.45.
Apakah berarti ia tadi bermimpi?
Mimpi yang sangat dalam sehingga ia bermimpi dalam mimpi?
Ponselnya
berbunyi sekali. Tanda ada sms masuk. Dengan cepat ia membaca pesannya.
Dari Kevin, menceritakan ia baru selesai lembur dan sekarang akan
pulang.
Hampir saja
ia menekan tombol dial dan menelepon Kevin. Tapi ia urungkan niatnya.
Mimpi buruk sebaiknya tak perlu diberitahu orang lain. Maya memutuskan
untuk tak membalas dan hanya berdoa saja pada Tuhan, memohon
keselamatan bagi kekasihnya itu.
Dan satu jam kemudian, kembali Kevin mengirim pesan singkat. Memberi tahu bahwa ia sudah tiba dirumah.
Tamat
“Apabila
sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka
sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia
memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia
memberitahukannya.
Dan
apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka
sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon
perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan
janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak
membahayakannya (madharat).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar