Selasa, 23 April 2013

2023, Manusia Hidup di Mars Bakal Jadi Kenyataan



Perusahaan asal Belanda, Mars One memiliki ambisi untuk membuat pemukiman di Mars. Ini akan direalisasikan pada 2023, di mana saat ini perusahaan akan menyeleksi para pelamar yang berkeinginan tinggal di planet merah tersebut.

Dilansir Guardian, Senin (22/4/2013), Mars One berencana mengirimkan empat astronot dalam perjalanan ke Mars untuk mendirikan sebuah koloni manusia pada 2023. Namun, perusahaan memiliki beberapa hambatan yang serius.

Pertama, ketika di Mars, tubuh astronot harus beradaptasi dengan gravitasi Mars yang 38 persen lebih rendah ketimbang di Bumi. Hal ini akan menyebabkan perubahan total fisiologis terkait kepadatan tulang serta kekuatan otot. 

Kedua, para astronot ini harus mengucapkan selamat tinggal kepada para rekan serta keluarganya di Bumi. Sebab, peluncuran manusia ke Mars ini disepakati dengan tanpa tiket pulang kembali ke Bumi.

Website Mars One menegaskan bahwa kembali ke Bumi adalah sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Untuk kembali, mereka membutuhkan roket yang dirakit secara lengkap dan berbahan bakar untuk bisa melarikan diri dari medan gravitasi mars. 

Meskipun demikian, proyek ini kabarnya telah menerima sebanyak 10 ribu pelamar untuk menjadi astronot yang tinggal di mars pada 2023. Perusahaan mengharapkan jumlah pelamar akan terus meningkat hingga puluhan ribu pemohon.

Norbert Kraft, Direktur Medis Mars One mengatakan bahwa pelamar berusia antara 18 sampai 62 tahun. Ia mengatakan, meskipun sebagian diantaranya adalah perempuan, mereka tampak menjadi pemberani seperti laki-laki.

Sabtu, 20 April 2013

6 Fakta Menarik Tentang Tubuh Manusia di Luar Angkasa



Kehidupan di luar angkasa tentunya berbeda dengan kehidupan di Bumi. Di dalam ruangan yang memiliki tingkat gravitasi nol tersebut, astronot akan mengalami berbagai kesulitan yang berdampak pada kinerja tubuhnya.

Okezone merangkum enam fakta menarik mengenai bagaimana tubuh seseorang bereaksi terhadap kehidupan di stasiun luar angkasa (ISS). Seperti berikut ini dilansir Space, Jumat (19/4/2013):

1.    Badan Menjadi Lebih Tinggi
Selama astronot menghabiskan waktunya selama enam bulan di ISS, dilaporkan bahwa tubuh mereka menjadi lebih tinggi hingga mencapai tiga persen dibandingkan sebelumnya. Sebab, tanpa gravitasi, tulang belakang pada tubuh memiliki kesempatan untuk meluas. 

Sehingga, tubuh akan meninggi sampai mereka kembali ke Bumi. Namun, setelah beberapa bulan berada di Bumi maka tubuh akan kembali ke tinggi semula karena adanya gravitasi planet.

2.    Wajah Menjadi Bengkak dan Kaki Kurus
Ketika berada di Bumi, distribusi cairan dalam tubuh manusia tidak merata karena adanya gravitasi. Akan tetapi tubuh akan mendistribusikan cairan secara merata ketika gravitasi tidak memainkan peran dalam sistem biologis seseorang.

Selama beberapa minggu pertama di luar angkasa, kebanyakan astronot akan memiliki kepala yang terasa lebih besar dan kaki yang kurus. Setelah berapa lama kemudian, tubuh akan menyesuaikan pendistribusian cairan, sehingga tubuh astronot kembali normal.

3 Planet Mirip bumi Ini Berpotensi Layak Huni




Tiga buah planet menyerupai bumi berhasil ditemukan para astronom menggunakan Kepler Space Telescope milik NASA. Dua diantaranya diselimuti lautan dan memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan manusia seperti di Bumi.

Planet asing yang ditemukan tersebut diberi nama super-Earths. Adapun, super-Earth ini diberi kode 62E dan 62F oleh Kepler. Demikian disitat MercuryNews, Jumat (19/4/2013).

Kedua planet ini mengorbit pada satu bintang tunggal di konstelasi (rasio) Lyra yang berjarak sekira 1.200 tahun cahaya dari Bumi. Mereka merupakan bagian dari kelompok lima exoplanet (tiga planet lainnya terlalu panas dan tidak ramah bagi kehidupan) dengan bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan matahari.

“Kedua planet ini adalah planet yang berpotensi untuk dihuni. Mungkin masih banyak lagi planet dalam sistem bintang yang belum terdeksi,” ucap peneliti utama dari teleskop Kepler, Bill Borucki.

Kepler 62E berukuran 40 persen lebih besar dari Bumi dan mengorbit di lintasan bintangnya selama 122 hari. Sementara, Kepler 62F memiliki ukuran 60 persen lebih besar dari Bumi dan mengorbit selama 267 hari.

Adapun Kepler 62F, berhasil ditemukan melalui metode deteksi kecerahan baru yang dikembangkan oleh astronom University of Washington, Eric Agol dan Brian Lee.

“Hal ini tidak persis sama dengan Bumi, ia sedikit lebih besar dan lebih dingin dibandingkan Bumi. Untuk mengungkapnya, mungkin saya membutuhkan beberapa waktu untuk menemukan perhitungan eksaknya,” kata Agol.

Sedangkan planet ketiga yang berpotensi untuk dihuni adalah Kepler 69C. Ia mengorbit pada sebuah bintang yang mirip matahari yang berjarak sekira 2.000 tahun cahaya. Melihat  jarak dengan bintangnya ini membuat Kepler 69C lebih cocok disebut super-Venus dibandingkan super-Earth.

Rabu, 17 April 2013

Hawking : Manusia Harus Keluar dari Bumi Agar ''Abadi''



 Ilmuwan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking mengungkapkan, diperlukan terobosan teknologi yang bisa mengangkut manusia hingga dapat meninggalkan Bumi. Menurutnya, manusia perlu beranjak atau kabur (escape) dari Bumi bila tidak ingin menjadi spesies yang punah suatu saat nanti.

Dilansir Dvice, Selasa (16/4/2013), ilmuwan Stephen Hawking mengingatkan kembali tentang pentingnya program eksplorasi luar angkasa berkelanjutan. Hawking mengatakan, bila manusia tidak menemukan sebuah tempat di luar Bumi untuk bisa ditinggali di masa yang mendatang, maka seluruh spesies manusia akan dapat punah.

"Kita harus lanjut untuk bisa pergi ke luar angkasa untuk kemanusiaan," ujarnya dalam sebuah acara di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles. Hawking, yang telah menjadi pendukung lama dari eksplorasi luar angkasa, percaya bahwa Bumi bisa menjadi terlalu rapuh untuk mendukung kehidupan manusia.

Pada 2011, Hawking mengungkapkan pemikirannya pada The Winnipeg Free Press bahwa populasi manusia dan sumber daya alam (SDA) adalah terbatas. Dengan kondisi terbatas tersebut, namun penggunaan SDA ini dinilainya digunakan secara pesat.

Ia menilai kode genetik manusia modern saat ini masih membawa sifat egois dan naluri agresif dari masa bertahan hidup di masa lalu. Sehingga, bila nanti terjadi bencana di ratusan tahun mendatang di Bumi, manusia akan sulit untuk menghindarinya.

"Satu-satunya kesempatan kita untuk kelangsungan hidup jangka panjang ialah tidak tetap berada di Bumi. Namun, menyebar ke luar angkasa," tuturnya.

Seperti diketahui, eksplorasi luar angkasa baru-baru ini mengalami kendala perihal dana, di mana krisis keuangan global mengakibatkan pemotongan belanja besar. Kabarnya, anggaran NASA untuk penelitian ilmiah terkait planet dipangkas sebesar USD300 juta tahun ini.

Melalui bantuan pesawat luar angkasa atau satelit NASA Kepler, badan antariksa ini telah menemukan sejumlah planet yang berpotensi untuk dihuni. Dengan teknologi baru, seperti roket bertenaga fusi, perjalanan ke planet asing tersebut tampaknya akan sangat mungkin untuk dilakukan dalam waktu beberapa ratus tahun atau lebih cepat.

Kamera Berkecepatan Tinggi Tangkap Detail Salju



 Peneliti dari University of Utah mengembangkan sistem kamera berkecepatan tinggi. Kamera tersebut bisa menangkap gambar butiran salju dengan detail yang sangat tinggi.

Dilansir Phys, Rabu (17/4/2013), sistem tiga kamera yang dikembangkan peneliti dari Amerika Serikat ini menunjukkan gambar butiran salju yang sedang jatuh. Peneliti menghabiskan dua musim dingin untuk memotret butir salju dengan hasil foto 3D tersebut.

"Hingga munculnya perangkat kami, tidak ada instrumen yang baik untuk secara otomatis memotret bentuk dan ukuran kepingan salju," kata Tim Garrett, seorang profesor ilmu atmosfer.

Ia menjelaskan, tim memotret salju ini dalam kondisi ketika melayang di udara. Butiran salju ini tidak tersentuh sedikitpun oleh perangkat apapun, sehingga tampilan butiran salju secara alami terlihat di udara.

"Simetris sempurna ini, terdiri dari kepingan salju enam sisi. Sangat indah yang sangat langka," ungkapnya. Ia menjelaskan, salju hampir tidak pernah terdiri dari butiran tunggal, kristal sederhana.

Akan tetapi, butir salju tersebut menempel atau berbenturan dengan jutaan tetesan air dan membeku di permukaannya. Ini menjadikan sebuah butiran es kecil yang dikenal dengan nama 'graupel' atau kepingan salju yang bertabrakan dengan kepingan salju yang lain.

Gen Pohon Tulip Bertahan dari Zaman Dinosaurus



Data genetik dalam pohon tulip masih bisa bertahan dan tidak berubah sejak zamandinosaurus. Studi yang dilakukan peneliti asal Amerika Serikat ini bisa menunjukkan evolusi tanaman sejak ratusan juta tahun lalu.

Dilansir BBC, Rabu (17/4/2013), perubahan spesies gen tanamana kabarnya terjadi 2.000 kali lebih lambat ketimbang pada gen manusia. Menurut peneliti, gen yang dapat bertahan dalam waktu lama ini menjadikannya fosil molekuler.

Temuan yang dilaporkan dalam jurnal BMC Biology ini juga berupaya mengungkap informasi baru mengenai evolusi tanaman berbunga. Tim peneliti dari Universities of Indiana dan Arkansas mengurutkan gen mitokondria (salah satu bagian yang terdapat di dalam sel) dari spesies Liriodendron tulipifera.

Mereka menemukan bahwa pengurutan ini menunjukkan bahwa banyak gen yang telah hilang selama 200 juta tahun dari evolusi tanaman berbunga (angiosperma) yang telah diawetkan. "Berdasarkan hal ini, tampak bahwa gen telah lebih atau kurang membeku dalam waktu jutaan tahun," jelas peneliti Jeffrey Palmer.

Mitokondria umumnya ditemukan dalam sel organisme dan bertugas menghasilkan tenaga. Mitokondria juga mengubah pangan menjadi energi kimia yang digunakan oleh organisme. 

Profesor Ian Small dari University of Western Australia mengatakan, banyak perbedaan antara data genetik angiosperma yang diperoleh dari pengurutan gen mitokondria. Ia menambahkan, penelitian ini bisa berfungsi sebagai "jendela" yang sangat berguna untuk melihat ke masa lalu.

Minggu, 14 April 2013

Ilmuwan Klaim Bisa Ciptakan Mesin Waktu



 Ilmuwan asal Iran mengklaim mampu menciptakan mesin waktu. Tampak terdengar seperti fiksi ilmiah, namun ilmuwan Ali Razeqi mengungkapkan bahwa mesin waktu ini menggunakan "algoritma rumit" untuk bisa melihat masa depan.

Dilansir Nationalgeographic, Minggu (13/4/2013), seorang pengembang teknologi mengklaim bisa menciptakan mesin waktu yang memprediksi masa depan seseorang. Mesin waktu tersebut kabarnya akan dapat mengetahui perihal masa yang akan datang, dengan akurasi mengejutkan.

Ali Razeqi yang masih berusia 27 tahun dan direktur Center for Strategic Inventions Iran mengatakan, perangkat mesin waktu ini akan mencetak rincian laporan pada masa depan individu. Laporan tersebut akan menggunakan algoritma kompleks untuk memprediksi nasib seseorang.

Daily Telegraph, Razeqi mengatakan bahwa perangkat ini akan mudah di masukan ke dalam ukuran case personal computer (PC). Perangkat ciptaannya diklaim dapat memprediksi kehidupan seseorang hingga 5-8 tahun ke depan.

Perangkat ini tidak akan membawa Anda ke masa depan, namun ini dikatakan bisa membawa masa depan kepada Anda. Bahkan, Razeqi mengatakan bahwa Iran memutuskan untuk menjaga mesin waktu ini agar tidak dicuri oleh orang lain. 

Ia mengungkapkan, mesin waktu ini harus dijaga. Sehingga, China tidak mencuri ide dan memproduksinya secara massal dalam waktu semalam. 

Wakil Menteri Sains, Riset dan Teknologi Iran menolak klaim Razeqi pada Jumat dalam sebuah wawancara dengan media setempat. Tampaknya, ini hanya upaya untuk mencari banyak perhatian.

Seorang ahli fisika teoritis, Thomas Roman di Central Connecticut State University mengungkapkan bahwa ini merupakan ide yang benar-benar gila. "Sulit untuk mengetahui karena ini begitu aneh," ungkap Thomas.

Sabtu, 13 April 2013

Tiga Ilmuwan Besar yang Dianggap Sesat



Ilmuwan hebat yang telah menelurkan buah karyanya dianggap telah banyak berkontribusi terhadap cara pandang manusia di Bumi. Apakah ilmuwan besar ini selalu berada dalam kesesatan, bahkan melanggar batasan pada ajaran agama tertentu.

Dilansir BBC, Jumat (12/4/2013), sebelum teori maupun karya seorang ilmuwan hebat ini diterima, teori besar tersebut mengalami kritik keras dan pengusulnya bisa ditolak, bahkan di fitnah.

Kadang-kadang otoritas keagamaan menyerang teori tersebut. Tidak hanya itu, rekan-rekan ilmuwan juga dapat menyangkal dan mengkritik teori tersebut. 

Para jenius yang beruntung ini bisa diakui karya mereka ketika mereka masih hidup. Namun, sebagian dari ilmuwan besar ini juga hanya dihargai ketika mereka telah meninggal.

Berikut beberapa ilmuwan yang dianggap sesat versi BBC:

1. Isaac Newton (1642-1727)
Isaac Newton mengubah segalanya dengan teori gravitasi dan hukum gerak. Ia menunjukkan bagaimana alam dapat diukur dan dipahami. Ia bahkan mendeskripsikan alam semesta (universe) sebagai 'Sensorium of God', yang menunjukkan Tuhan sebenarnya adalah ruang dan waktu itu sendiri.

Newton kabarnya menolak Ketuhanan yang ada pada Yesus Kristus dan Holy Trinity. Newton juga percaya bahwa inspirasi untuk teorinya tentang gravitasi berasal langsung dari Tuhan. Ini dikatakan membuatnya menjadi nabi (prophet) modern. 

Pengolahan Limbah Minyak Untuk Tenaga Listrik



Limbah dari ribuan restoran di London dan perusahaan makanan rupanya dapat manjadi pembangkit tenaga listrik berbahan bakar lemak terbesar di dunia. Hal ini dikemukakan oleh Thames Water yang resmi bekerjasama dengan sebuah perusahaan utilitas, 2oC.

Setiap harinya, ada 30 ton sampah berupa sisa minyak goreng dari restoran berhasil dikumpulkan oleh kedua perusahaan tersebut. Sisa bahan bakar ini kebanyakan berasal dari limbah minyak sayur dan tallow (lemak hewan). Jumlah ini cukup untuk menyediakan lebih dari setengah bahan bakar untuk dapat menjalankan pembangkit listrik. Demikian dilansir Guardian, Rabu (10/4/2013).

Dalam kesepakatan kerjasama yang bernilai lebih dari 200 juta poundsterling selama 20 tahun, telah memungkinkan untuk dapat membangun pabrik seharga 70 juta poundsterling di Beckton, Inggris. Rencananya, pabrik ini akan mulai beroperasi pada awal 2015.

Tak hanya itu, pabrik ini juga mengklaim akan menghasilkan 130 gigawatt hours (GWh) per tahunnya yang dapat digunakan untuk 40ribu rumah. Thames Water akan membeli limbah minyak dari berbagai restoran di Beckton yang biasa melayani 3,5 juta orang. Kemudian limbah tersebut diolah agar dapat menghasilkan 75 GWh yang akan digunakan dalam masa kekeringan atau keadaan darurat lainnya.

“Proyek ini merupakan ‘win-win solution’ bagi semua pihak karena kami akan memparui sumberdaya, melindungi berbagai pihak dari fluktuasi harga listrik, dan membantu mengatasi permasalahan operasional selokan di kota yang selama ini berantakan karena banyaknya limbah minyak,” jelas Direktur Eksekutif 2oC, Andrew Mercer.

Wow, Melalui Pikiran Bisa Pilih Lagu di iPod




Seorang peneliti dari Universitas Keio, Yasue Michikura belum lama ini mengembangkan sebuah alat remote kontrol menggunakan gelombang otak untuk memilih lagu lagu-lagu kesukaan di iPod. Menariknya, teknologi ini memungkinkan pendengar memilih lagu dari pikirannya saja.

Tidak sampai disitu saja, perangkat ini juga bisa mengenali lagu dari perasaan atau suasana hati pendengarnya. Alat ini bekerja dengan mencocokkan gelombang otak dengan perasaan yang ia alami ketika mendengar lagu tertentu. Berarti lagu yang ingin diputar harus memiliki pola gelombang otak yang menyertainya tersimpan dalam alat ini.

Dilansir RocketNews24, Jumat (12/4/2013), saat ini, Dr. Michikura mengatakan sudah tersedia 100 lagu yang dapat dipilih menggunakan alat ini. Selain lagu-lagu, pendengar juga bahkan dapat memilih genre atau tempo lagu.

“Setiap orang memiliki tingkat stress yang menumpuk, bahkan seringkali kita tidak menyadari hal itu. Jika dibiarkan terus ini dapat mengakibatkan depresi. Sehingga saya mengembangkan alat untuk mendengarkan musik yang dapat diputar melalui pikiran dan suasana hati,” ujar Michikura.

Rencananya, alat yang dirilis tahun depan dengan dilengkapi akan dilengkapi dengan fitur “biofeedback” yang dapat memonitor perubahan suasana dalam hati pendengar sepanjang hari.

Hiii... Ada Penampakan di Luar Angkasa



 Peneliti di European Southern Observatory melalui teleskop luar angkasa berhasil meringkus gambar penampakkan 'gelembung hijau' di luar angkasa. Peneliti berusaha menjelaskan asal-usul awan hijau "berhantu" di konstelasi Southern Hemisphere Scutum (The Shield).

Dilansir Sciencemag, Rabu (10/4/2013), gambar ini diklaim sebagai tangkapan terbaik dari objek yang baru sedikit diketahui. Objek misterius ini dinamakan IC 1295, yang merupakan nebula planet.

Nebula planet ini merupakan awan debu yang melebar dari bintang yang akan mati. IC 1295 terletak sekira 3.300 tahun cahaya dari Bumi.

Nebula planet ini juga terdiri dari beberapa material, di mana masing-masing material tersebut dimuntahkan dari bintang pusat. Material tersebut lalu berubah menjadi hijau menyala karena dominasi oksigen terionisasi.

Selama beberapa miliar tahun ke depan, pusat bintang akan bersuhu rendah untuk menjadi bintang kerdil putih. Bintang ini akan memiliki ukuran sekira satu hingga delapan kali lipat ukuran matahari di sistem tata surya.

Nebula planet biasanya berlangsung selama 10 ribu tahun dan tidak memiliki hubungan terhadap planet-planet yang ada di sistem tata surya. Kabarnya, nebula planet pernah ditemukan pertama kali di abad ke-18, di mana terdapat gumpalan yang tampak mirip dengan gas raksasa Uranus.

Bintang Mirip Matahari Ini Milik Planet Raksasa




Bintang terdekat yang berlokasi sekira 100 tahun cahaya ditemukan oleh observatorium luar angkasa ESA Herschel. Menurut ilmuwan, bintang asing ini memiliki planet raksasa yang tengah mengorbit.

Dilansir Ibtimes, Rabu (10/4/2013), fakta yang mencengangkan ialah bahwa bintang "pensiun" ini sedikit lebih besar dari matahari di sistem tata surya. Bintang asing ini memiliki berat massa 1,5 lebih besar dari matahari.

Tidak hanya itu, bintang tersebut juga memiliki puing-puing cincin berdebu di sekitarnya. Puing-puing tersebut umumnya hanya terdapat pada bintang muda.

Teleskop luar angkasa dari European Space Agency (ESA) yang menemukan bintang tersebut memiliki kemampuan deteksi inframerah. Teleskop tersebut menemukan Kappa Coronae Borealis (k CrB) yang memasuki bintang asing tersebut setelah 2,5 miliar tahun melepaskan pasokan hidrogennya.

Seperti matahari di planet tata surya, Kappa Coronae Borealis telah mengalami masa pembakaran kapasitas hidrogen dan memasuki fase di mana ia siap menjadi raksasa merah. Raksasa merah ini mampu menghancurkan planet di sekitarnya serta meninggalkan bintang sub-raksasa terang.

Temuan menarik ialah ditemukannya cakram puing-puing di sekitar bintang tersebut. Umumnya, puing-puing ini terbentuk akibat komet dan asteroid di luar angkasa.

Akan tetapi, puing-puing ini akan hilang setelah bintang memasuki tahap kedua dari keberadaan mereka. Di sistem tata surya, puing-puing ini musnah sekira 600 juta tahun setelah matahari terbentuk.

Penanggalan Karbon Tentukan Usia Kalender Suku Maya



 Penanggalan karbon yang dilakukan antropolog pada kuil Guatemala merupakan cara untuk menentukan ketepatan dari usia kalender suku Maya. Para ahli telah lama berselisih mengenai apakah kalender Maya berkolerasi dengan kalender Eropa.

Dilansir ABC, Jumat (12/4/2013), teks kuno dan ukiran dari kebudayaan Maya menggambarkan penguasa dan peristiwa besar. Atribut tanggal sesuai dengan sistem yang kompleks dilambangkan dengan titik dan bentuk tertentu, yang dikenal sebagai Long Count atau Hitungan Panjang.

"Kalender Long Count tidak digunakan sebelum penduduk Eropa melakukan kontak dalam area suku Maya," ungkap peneliti Douglas J Kennett dari Pennsylvania State University. Ia mengatakan, metode mengikatkan Long Count dengan kalender Eropa modern digunakan untuk peristiwa bersejarah dan astronom.

"Akan tetapi, ketika melihat bagaimana iklim mempengaruhi naik turunnya Maya, saya mulai mempertanyakan seberapa akurat dua kalender berkolerasi dengan menggunakan metode tersebut," kata Kennett.

Penelitian yang diterbitkan dalam Scientific Reports mendukung hipotesis bahwa perubaan iklim memainkan peran penting dalam pengembangan dan hancurnya peradaban Maya. Kalender Long Count terdiri dari lima unit waktu: Bak'tun (144.000 hari), K'atun (7.200 hari), Tun (360 hari), Winal (20 hari) dan K'in (satu hari).

Wikipedia menerangkan, penanggalan karbon merupakan teknik yang menggunakan peluruhan karbon-14 untuk memperkirakan umur bahan organik. Bahan organik ini seperti kayu dan kulit, sampai dengan sekira 58 ribu sampai 62 ribu tahun.

Teknik ini diprakarsai oleh ilmuwan Willard Libby di 1949, di mana ia mendapatkan penghargaan Hadiah Nobel dalam bidang Kimia. Umumnya teknik ini juga digunakan untuk menentukan usia fosil makhluk hidup dan benda peninggalan bersejarah lainnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...