Sejak ratusan juta tahun lalu, lempeng Bumi mengalami pergerakan dari waktu ke waktu. Pergerakan ini pada akhirnya mampu mengubah posisi benua, meskipun jaraknya hanya beberapa sentimeter.
Dilansir Phys, Senin (1/4/2013), Bumi adalah dinamis. Apa yang dipikirkan manusia bahwa tanah itu kuat di bawah permukaan Bumi, namun kenyataanya lempeng Bumi mengalami perubahan.
Berdasarkan penelitian, dalam waktu setahun benua Afrika dan Amerika bergeser di bagian belakang Atlantik Tengah untuk beberapa sentimeter. Selain itu, ilmuwan juga menemukan bahwa lantai Samudera Pasifik mengalami subduksi di bawah benua Amerika Selatan.
Wikipedia menerangkan, subduksi atau penekukan terjadi ketika lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua. Subduksi mampu menyebabkan terbentuknya palung laut.
"Pada 100 juta tahun Afrika ditarik terpisah dan Australia Utara akan berada di khatulistiwa," kata Falko Langenhorst, ilmuwan dari Friedrich Schiller University Jena, Jerman.
Ilmuwan mengungkapkan, lempeng tektonik ini bisa mengarah pada pembaruan permanen lantai laut. Bumi merupakan satu-satunya planet di sistem tata surya yang melakukan semacam "facelift" (bedah kecantikan) secara teratur.
Akan tetapi, pergerakan ke atas dan ke bawah pada kerak Bumi ini tidak selalu berjalan mulus. "Pengukuran seismik menunjukkan bahwa di beberapa daerah mantel Bumi, di mana salah satu lempengan tersubduksi di bawah lempeng lain, pergerakan tersebut mengalami stagnates (mandek)," jelas ilmuwan.
Ilmuwan sampai saat ini belum mengetahui penyebab "kemacetan" dari lempeng subduksi tersebut. Untuk itulah Falko Langenhorst dan ilmuwan bumi dari Bayreuth University berusaha menjelaskan fenomena tersebut untuk pertama kalinya.
Menurut ilmuwan, batu-batu dari kolam lempeng laut terendam pada kedalaman 440 sampai 650 kilometer. Kedalaman tersebut terkait dengan zona transisi antara mantel Bumi yang lebih rendah dan lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar